Tuesday, May 19, 2009

ما أحسن نعم بعد لا، وما أقبح لا بعد نعم
Artinya :
Alangkah indahnya Ya setelah tidak, dan alangkah buruknya tidak setelah ya.

Ungkapan di atas diungkapkan untuk peringatan agar kita tidak mengobral janji yang akhirnya menimbulkan penyakit "amnesia janji".
Pada masa PEMILU, banyak caleg atau CAPRES / CAWAPRES yang sering mengumbar janji akan begini dan begitu, namun kenyataan di lapangan, setelah terpilih menjadi anggota legislatif ATAU PRESIDEN / WAKIL PRESIDEN tidak sedikit dari mereka yang melupakan janjinya. Bagaimana rasanya dijanjikan sesuatu, kemudian diingkari? sakit bukan?
Contoh yang lebih dekat, jika anda diundang seseorang, lalu anda katakan insya Allah saya datang, namun tidak janji pasti datang. Kemudian pada saat yang ditentukan anda datang. tentu hal itu akan membuat senang hati orang yang mengundang anda. Dibandingkan jika anda mengatakan ya pasti saya datang, kemudian di saat yang ditentukan anda tidak datang. Pasti anda membuat hati orang yang mengundang anda sedih.
Ketika anda diberi amanah, jangan mengobral janji namun buktikan bahwa anda bisa mewujudkan berbagai hal positif yang tak pernah anda janjikan sebelumnya. Itu lebih indah dibanding benyak berjanji, namun tak pernah membuktikan. Tepatlah ungkapan di atas "alangkah indahnya YA setelah TIDAK, dan alangkah buruknya TIDAK setelah YA".
Rasulullah Saw melalui sabdanya menyatakan bahwa sifat mengobral janji merupakan salah satu sifat orang munafiq. Beliau bersabda:
أية المنافق ثلاث : إذ حدث كذب، وإذ وعد أخلف، وإذ اؤتمن خان
Artinya :
Tanda-tanda orang munafiq ada tiga : apabila berkata (bercerita) dia dusta, apabila berjanji dia ingkar dan apabila dipercaya dia berkhianat (Muttafaun alaih)
Sebab itu, siapapun dia, apapun pangkatnya, jika selalu mengobral janji tanpa memenuhinya maka tak lebih dari seorang MUNAFIQ.

No comments:

Post a Comment