Tuesday, May 19, 2009

ما أحسن نعم بعد لا، وما أقبح لا بعد نعم
Artinya :
Alangkah indahnya Ya setelah tidak, dan alangkah buruknya tidak setelah ya.

Ungkapan di atas diungkapkan untuk peringatan agar kita tidak mengobral janji yang akhirnya menimbulkan penyakit "amnesia janji".
Pada masa PEMILU, banyak caleg atau CAPRES / CAWAPRES yang sering mengumbar janji akan begini dan begitu, namun kenyataan di lapangan, setelah terpilih menjadi anggota legislatif ATAU PRESIDEN / WAKIL PRESIDEN tidak sedikit dari mereka yang melupakan janjinya. Bagaimana rasanya dijanjikan sesuatu, kemudian diingkari? sakit bukan?
Contoh yang lebih dekat, jika anda diundang seseorang, lalu anda katakan insya Allah saya datang, namun tidak janji pasti datang. Kemudian pada saat yang ditentukan anda datang. tentu hal itu akan membuat senang hati orang yang mengundang anda. Dibandingkan jika anda mengatakan ya pasti saya datang, kemudian di saat yang ditentukan anda tidak datang. Pasti anda membuat hati orang yang mengundang anda sedih.
Ketika anda diberi amanah, jangan mengobral janji namun buktikan bahwa anda bisa mewujudkan berbagai hal positif yang tak pernah anda janjikan sebelumnya. Itu lebih indah dibanding benyak berjanji, namun tak pernah membuktikan. Tepatlah ungkapan di atas "alangkah indahnya YA setelah TIDAK, dan alangkah buruknya TIDAK setelah YA".
Rasulullah Saw melalui sabdanya menyatakan bahwa sifat mengobral janji merupakan salah satu sifat orang munafiq. Beliau bersabda:
أية المنافق ثلاث : إذ حدث كذب، وإذ وعد أخلف، وإذ اؤتمن خان
Artinya :
Tanda-tanda orang munafiq ada tiga : apabila berkata (bercerita) dia dusta, apabila berjanji dia ingkar dan apabila dipercaya dia berkhianat (Muttafaun alaih)
Sebab itu, siapapun dia, apapun pangkatnya, jika selalu mengobral janji tanpa memenuhinya maka tak lebih dari seorang MUNAFIQ.

Monday, May 18, 2009

WARNA BUNGLON

Bunglon yang termasuk makhluk melata memiliki ciri khas tersendiri yaitu berubah warna. Ketika berada di daun hijau ia bisa berubah menjadi hijau, ketika berada di daun kuning ia bisa berubah menjadi kuning, ketika di tanah merah ia bisa berubah menjadi merah. Timbul pertanyaan, apa warna asli bunglon? jika anda jawab hijau, bisa dibantah, itu karena ia berada di tempat hijau dst. Mungkin jawaban yang cukup rasional, warna asli bunglon dapat diketahui jika anda injak dulu lalu ia mati. Itulah warna asli bunglon. mengapa demikian? Sebab ketika itu ia tidak akan berubah lagi. Begitu juga manusia yang berwatak bunglon. Sulit ditebak ia berpihak kemana. Warna aslinya bisa terbongkar ketika ia meninggal dunia. Selama masih hidup ia akan terus berubah warna mencari keuntungan duniawi dan mencari aman, sebagaimana bunglon berpindah warna untuk memenuhi hajat hidupnya dan berlindung mencari aman dari alam sekitarnya. Sebab itu berhati-hatilah dengan bunglon-bunglon disekitar kita.

Monday, May 11, 2009

KISAH MALING TERIAK MALING DALAM ALQUR'AN

Al Quran sebagai kitab suci umat islam merupakan kitab suci yang sangat lengkap. Seluruh ilmu ada di dalamnya, seluruh pelajaran ada di sana.Mulai dari konsep Tauhid (keimanan), konsep Syari'ah (hukum), hingga kisah-kisah yang sarat dengan makna, seperti kisah-kisah para Nabi dan Rasul, orang-orang saleh, hingga kisah MALING TERIAK MALING.
Setidaknya ada dua kisah mengenai peristiwa MALING TERIAK MALING, yang diceritakan dalam Al Qur'an:
1. Kisah Nabi Yusuf as dan Istri Raja Mesir (Zulaikha)
Peristiwa ini berawal ketika istri Raja Mesir (Zulaikha) mengajaknya ke kamar, kemudian mengunci pintu-pintunya, namun ada satu pintu yang belum terkunci. Kemudian ia menggoda Yusuf muda untuk melakukan perbuatan keji.Yusuf yang senantiasa mengingat Allah Swt menolak permintaannya, bahkan lari ingin meninggalkan kamar tersebut. Zulaikha yang sudah dikuasai hawa nafsu, tak rela membiarkan Yusuf pergi begitu saja, ia mengejarnya dan berhasil merobek bagian belakang baju yang dipakai oleh Yusuf. Secara kebetulan, suami Zulaikha datang dan melihat kejadian tersebut. Spontan Zulaikha yang bersalah mencoba menutupi kesalahannya dengan berkata " Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan istrimu, selain dipenjarakan atau dihukum dengan azab yang pedih". Di saat seperti ini Yusuf yang tidak bersalah membela diri dengan mengatakan " Dia menggodaku untuk menundukkan diriku kepadanya". Sang suami bingung menyikapi peristiwa ini, namun keadilan Allah Swt akan selalu membela pihak yang benar. Seorang saksi dari keluarganya mengatakan " Jika baju gamis Yusuf robek bagian muka, maka istrinya benar, dan Yusuf pihak yang bersalah, namun jika baju gamis Yusuf robek bagian belakang, maka istrinya bersalah dan Yusuf di pihak yang benar". Setelah sang suami memeriksa, ternyata baju gamis Yusuf robek bagian belakang, maka ia pun berkata " Sesungguhnya kejadian itu adalah diantara dari tipu daya kamu. Sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar". Kemudian ia berpesan kepada Yusuf untuk merahasiakan kejadian tersebut, dan memerintahkan istrinya untuk memohon ampun karena perbuatan dosanya. Kisah selengkapnya dapat dibaca dalam Al Qur'an Surat Yusuf :23-29
Di dalam kisah ini terdapat peristiwa ada beberapa pelajaran yang bisa diambil antara lain:
a. MALING TERIAK MALING, yang dilakukan oleh istri Raja Mesir (Zulaikha)
b. Bolehnya membela diri ketika dituduh atas atas perbuatan yang tidak dilakukan
c. Pertolongan Allah Swt akan memenangkan pihak yang benar
d. Harus bersikap adil dalah menetapkan hukum, sekalipun terhadap keluarga.
e. Kebaikan dalam menjaga rahasia (aib seseorang)
f. Kewajiban memohon ampun ketika melakukan kesalahan/dosa.

2. Kisah pembunuhan pada zaman Nabi Musa as.
Peristiwa ini berawal ketika ada seseorang yang mati dibunuh di zaman Nabi Musa as, namun tidak diketahui siapa pembunuhnya. Masyarakat yang hidup pada zaman tersebut mengadukan peristiwa tersebut kepada nabi Musa as, dan meminta beliau untuk memohon kepada Allah Swt agar kasus pembunuhan ini terbongkar (pembunuhnya dapat diketahui). Setelah Nabi Musa bermunajat kepada Allah Swt, beliau berkata " Sesungguhnya Allah Swt memerintahkan kalian untuk menyembelih seekor sapi betina". Masyarakat merasa aneh, mereka mengadukan kasus pembunuhan, Nabi Musa as malah memerintahkan menyembelih sapi betina. Tidak ada hubungan sama sekali. Mereka malah menuduh Nabi Musa memperolok-olok mereka. Mendengar jawaban Nabi Musa as mereka terus bertanya tentang kriteria sapi tersebut, sehingga menjadi sulit. Singkat cerita setelah dijelaskan panjang lebar oleh Nabi Musa as, barulah mereka mencari sapi betina yang disebutkan tadi. Setelah pencarian yang cukup lama, akhirnya sapi tersebut dapat ditemuka. nabi Musa as kemudian menyebelihnya, lalu mengambil sebagian anggota tubuh sapi tersebut, kemudian memukulkannya ke tubuh korban pembunuhan. Dengan izin Allah Swt, korban pembunuhan tersebut hidup lagi sesaat dan menunjukkan siapa pembunuhnya. Yaitu keponakannya sendiri. Kisah selengkapnya bisa dibaca dalam Al Qur'an surat Al Baqarah : 67-73.
Dari Kisah ini, ada beberapa pelajaran yang dapat diambil.
a. KISAH MALING TERIAK MALING KEMBALI kembali terulang, si keponakan yang membunuh, namun ia juga yang mengadukan
b. Jangan banyak bertanya, tanpa melakukan pekerjaan.
c. Allah Swt mampu menghidupkan orang yang sudah mati
d. Allah akan memberikan kemenangan kepada pihak yang benar.

Dengan kedua kisah ini, semoga kita bisa lebih berhati-hati menyikapi berita yang datang kepada kita, apalagi berita itu datang dari orang fasiq yang sering berbuat dosa, bisa jadi, orang yang membawa berita itu adalah orang yang bersalah. Kemudian untuk menutupi kesalahannya, ia menceritakan masalah tersebut kepada orang lain agar kesalahannya tidak diketahui. Jika tidak berhati-hati, kita bisa menuduh orang lain yang tidak bersalah.Itu adalah ilmu MALING TERIAK MALING.

JANGAN MAU KALAH DENGAN PEMAIN JUDI

Terkadang kita dapat menemukan sesuatu yang berharga sekalipun dari tempat yang kotor. Jika kita dapat merubah fungsinya menjadi lebih baik, tentu hasilnya akan berbeda. Bisa jadi sesuatu yang tadinya tak bernilai menjadi tak ternilai.
Judi merupakan perbuatan yang sangat tercela, bahkan di dalam Al Qur'an Allah Swt secara tegas mengharamkannya.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Artinya :
Hai orang-orang beriman sesungguhnya meminum khamar, berjudi, berkurban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (QS Al Maidah:90)

Namun disamping keharaman berjudi, kita dapat mengambil satu manfaat dari para pemain judi, yaitu duduknya mereka. Coba kita perhatikan, biasanya orang yang berjudi kuat sekali duduk, tahan lama dan tidak memperdulikan ajakan yang lain. Tak jarang orang yang berjudi memulai permainannya ba'da Isya dan berakhir di pagi hari. Yang lebih dahsyat lagi keteguhan mereka ketika bermain, bahkan ketika keluarga mereka (istri dsb) mengajak mereka pulang, justru mereka marah dan tetap melanjutkan permainannya. Mereka habiskan uang dan apapun yang mereka miliki. Begitulah siklus kehidupan mereka, hari ini selesai besok kembali lagi.
Renungkanlah, seandainya duduk lama tersebut digunakan untuk beribadah kepada Allah Swt tentu hasilnya akan berbeda. Berapa banyak pahala yang akan kita peroleh,? berapa banyak Rahmat Allah Swt akan turun kepada kita? Yang kita sayangkan, ketika pengajian agak diperpanjang waktunya, terkadang sebagian kita sudah gelisah. Tapi ketika pertandingan bola terjadi over time, bahkan sampai adu pinalti, kita tetap setia menunggunya tanpa gelisah.
Padahal sikap seorang yang beriman ketika sedang beribadah kepada Allah Swt harusnya laksana ikan di air, tenang tak pernah gelisah bahkan takut jika ia berpisah dengan air, sebab ia yakin ketika ia berpisah dengan air, ia akan mati. Sebaliknya orang yang munafiq yang sedang beribadah kepada Allah Swt, laksana burung di dalam sangkar, gelisah, dan ingin selalu pergi meninggalkan sarang itu, sekalipun sarang itu terbuat dari emas. Sebab itu jangan mau kalah dengan pemain judi yang ingin masuk ke neraka, orang-orang yang ingin masuk surga harus lebih kuat duduknya ketika beribadah kepada Allah Swt

MISKIN ASLI DAN MANTAN KAYA

Apakah anda lahir dari keluarga miskin? Jangan pernah bersedih. Allah Swt tidak memandang seseorang berdasarkan harta yang dimilkinya. Kemuliaan seseorang di sisi Allah Swt bukan karena pangkatnya, bukan karena keturunannya, juga bukan karena hartanya. Seseorang akan menjadi mulia manakala ia bertaqwa kepada Allah Swt. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ
Artinya:
Sungguh yang paling mulia di antara kamu di Sisi Allah ialah yang paling bertaqwa (QS Al Hujurat:13)

Miskin bukanlah suatu aib, sehingga kita merasa malu jika terlahir dari keluarga miskin. Bukankah Rasulullah Saw dilahirkan dari keluarga miskin? Bahkan dalam salah satu doanya beliau menginginkan hidup menjadi orang miskin?, wafat dalam keadaan miskin ?dan berkumpul di akhirat nanti dengan orang-orang miskin?.
Kenikmatan dan kebahagiaan hidup bukan pada harta, sebab jika kenikmatan dan kebahagiaan hidup hanya pada harta, tidak akan ada orang kaya yang mati bunuh diri. Itu semua menandakan bahwa kebahagiaan itu ada pada hati seseorang. Berapa banyak orang yang tinggal di rumah bak Istana, mobil yang mewah menghiasi rumahnya, uang yang tak habis-habisnya, namun tak bahagia dalam rumah tangganya. Tak ada lagi komunikasi, tak ada lagi canda tawa, semua sibuk dengan dunianya masing-masing. Anak-anak menjadi terlantar, tidak mendapatkan kasih sayang sehingga mereka terjerumus dalam dunia hitam, narkoba, free sex, dll. Kebahagiaan macam apa yang ada pada orang ini? Tak ada lagi kebahagiaan ketika seseorang sudah jauh dari Tuhannya.
Sebaliknya di sisi lain dari dunia ini, ada keluarga miskin yang hanya makan nasi dan garam, beratapkan langit, beralaskan tikar, masih bisa tertawa dan bersenda gurau dengan keluarganya. Semua pemberian Allah Swt mereka syukuri dengan selalu beribadah kepada-Nya, karena mereka yakin bahwa setelah kehidupan dunia yang fana ini masih ada lagi kehidupan yang lebih kekal dan lebih baik ketika mereka senantiasa dekat dengan Allah Swt.
Bagaimanapun ketika seseorang dilahirkan dari keluarga miskin asli masih lebih baik dibanding jika ia dilahirkan dari keluarga mantan kaya. Orang miskin asli sudah terbiasa makan nasi dan garam, sementara orang mantan kaya mau beli daging tidak mampu, mau makan nasi dan garam merasa malu. Sebab itu jika anda terlahir dari keluarga miskin, bertaqwalah, jangan pernah bersedih. Jika anda bertaqwa, di dunia anda menjadi orang miskin, di akhirat anda menjadi golongan pertama penghuni surga. Biarlah hari ini makan nasi dan garam, asal besok jadi pengantin, dibanding hari ini makan daging, besok pagi harus dihukum gantung.Tapi jika anda menjadi orang miskin yang tidak bertaqwa, sama artinya hari ini makan nasi dan garam, besok pagi mati digantung. Rugi 2 kali.

Sunday, May 10, 2009

TIPS BERSEDEKAH DAN MENERIMA SEDEKAH

Salah satu perbuatan yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam adalah bersedekah. Bersedekah adalah perbuatan yang hanya bisa dilakukan bila ada 2 pihak, yaitu pihak pemberi dan pihak penerima. Dengan adanya kedua pihak ini, maka tujuan bersedekah akan tercapai. Bila hanya ada pemberi tanpa ada penerima, maka tak akan terjadi proses sedekah. Apalagi sebaliknya, hanya ada si penerima sementara si pemberi tidak ada, maka takkan pernah terjadi proses sedekah tersebut. Oleh karena itu tidak boleh dan tidak pantas jika ada salah satu pihak (pemberi atau penerima) yang menyombongkan diri kepada pihak yang lain.
Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang-orang yang akan bersedekah dan juga yang menerima sedekah, agar keduanya mendapat pahala.
1. Orang yang ingin bersedekah
ketika seseorang ingin bersedekah biasanya timbul rasa ragu, sehingga jika tidak dapat mengalahkan godaan nafsunya, ia tidak akan jadi bersedekah, dan jika ia berhasil mengalahkan godaan nafsunya ia akan dengan mudah mengeluarkan sebagian hartanya tersebut. Kali ini saya coba memberikan satu tips untuk anda yang diberikan kelebihan harta kemudian ingin bersedekah. Ketika anda ingin bersedekah, janganlah anda melihat uang yang akan anda keluarkan, tapi lihatlah uang yang tersisa di tangan anda. Contoh, jika anda memiliki uang Rp.100.000.000.-, kemudian anda ingin bersedekah sebesar Rp.5.000.000,- kepada faqir miskin, maka jangan pernah anda melihat dan memikirkan terus uang yang akan anda keluarkan tersebut, sebab jika anda terus melihat dan memikirkannya, akan terbersit perasaan "kenapa aku harus mengeluarkan uang sebanyak ini?, padahal untuk mendapatkan uang sebanyak ini aku harus bekerja setidaknya 1 bulan. ". Apabila timbul perasaan seperti ini, besar kemungkinan anda tidak akan jadi bersedekah, sebab itu buanglah perasaan tersebut jauh-jauh. Yang harus anda lihat adalah uang yang tersisa di tangan anda. Bukankah masih lebih banyak dibanding uang yang anda sedekahkan? Dengan demikian anda akan mudah mengeluarkan sebagian harta anda untuk orang lain yang membutuhkan.

2. Orang yang menerima sedekah
Tips untuk orang yang menerima sedekah berbeda dengan orang yang bersedekah. Ketika ada seseorang memberikan sesuatu kepada anda, jangan pernah memandang kecil atau besarnya pemberian, tapi lihatlah siapa yang memberikan. Jika yang memberikan sesuatu tersebut orang yang kita kenal baik, saleh dan bertaqwa, maka bergembiralah sebab hati anda akan tenang menerima pemberian yang bersih, dari seseorang yang berjiwa bersih, sehingga bisa diyakini kehalalan hartanya. Sebaliknya jika yang memberikan sesuatu tersebut orang yang kita kenal jahatnya, sering menentang Allah Swt, menghalalkan segala cara dalam usahanya, maka alangkah ruginya jika anda menerima pemberiannya meskipun jumlahnya sangat banyak, apalagi hanya sedikit. Jika anda menjalankan tips ini, anda akan menjadi pribadi yang bersyukur kepada Allah Swt dan juga kepada makhluk-Nya. Jangan pernah menganggap kecil pemberian seseorang. Terkadang orang yang bersedekah Rp. 1000,- bisa bernilai lebih besar dihadapan Allah Swt dibandingkan orang yang bersedekah Rp.1.000.000,-. Bagaimana bisa begitu? Seandainya ada orang yang hanya memiliki uang Rp.10.000 lalu ia bersedekah Rp. 1000,-, berati ia telah mengeluarkan 10% hartanya, sementara orang yang bersedekah Rp,1.000.000 padahal ia memiliki uang Rp.1.000.000.000, berarti ia hanya mengeluarkan 1% dari hartanya.

Ini hanya sebagian tips yang perlu diperhatikan oleh orang yang bersedekah dan juga yang menerima sedekah. Selain ini, masih banyak lagi tips-tips yang lain. Semoga satu tips ini bermanfaat untuk kita amalkan. Amin.

Thursday, May 7, 2009

KHILAFIYYAH MURID VS GURU

Sejak zaman dahulu hingga sekarang yang namanya khilafiyyah atau perbedaan pendapat tidak pernah hilang. Khilafiyyah ini bisa terjadi antara siapa saja, antara seorang dengan teman, dengan keluarga, bahkan antara murid dan guru. Hanya saja yang perlu kita perhatikan bukanlah khilafiyyahnya, tapi bagaimana menyikapi khilafiyyah tersebut dengan bijak, sebab tidak semua khilafiyyah itu berakibat buruk, ada juga khilafiyyah yang membawa rahmat. Berikut ini beberapa khilafiyyah yang pernah terjadi di kalangan ahli ilmu.
1. Murid salah vs guru saleh
Khilafiyyah ini antara lain terjadi di masa Tabi'in, antara Washil bin Atha' dan gurunya Imam Hasan Al Bashri. Khilafiyyah ini terjadi ketika ada seorang yang bertanya kepada Imam Hasan Al Bashri tentang kedudukan seorang yang berbuat dosa, sebab ada sebagian kelompok yang memvonis mereka dengan term KUFUR, sebagian lagi berpendapat bahwa dosa tersebut tidak berpengaruh kepada keimanan seseorang. mendengar pertanyaan tersebut Imam Hasan Al Bashri berfikir sejenak untuk menjawabnya, namun di saat itu Washil bin Atha' dengan lancangnya mendahului sang guru untuk menjawab pertanyaan tersebut. Ia berkata "saya tidak mengatakan bahwa pelaku dosa besar adalah mu'min dan juga tidak kafir, tapi kedudukannya antara kedua manzilah tadi (antara mu'min dan kafir) atau secara istilah Manzilah bainal Manzilatain."
Setelah menjawab pertanyaan tersebut Washil bin Atha' pergi menyendiri ke salah satu tiang masjid, menegaskan lagi jawabannya tersebut kepada jama'ah Imam Hasan Al Bashri. Pada saat itulah Imam Hasan Al Bashri berkata "I'tazala anna Washil" artinya Washil telah menyindiri (mengisolir) diri dari kami. Sejak saat itu faham yang dibawa oleh Washil bin Atha' dikenal dengan faham Mu'tazilah.
Ini Khilafiyyah antara murid yang berfaham sesat (Mu'tazilah) dengan guru yang saleh (Ahlus Sunnah wal jama'ah).

2. Murid saleh vs guru saleh
Khilafiyyah yang kedua ini banyak terjadi di kalangan ahli ilmu, seperti khilafiyyah antara Imam Syafi'i dengan gurunya Imam Malik, atau Imam Ahmad bin Hambal dengan gurunya Imam Syafi'i. Khilafiyyah seperti ini adalah khilafiyyah yang membwa rahmat, sebab pendapat yang mereka kemukakan semua memiliki dasar yang kuat baik dari Al Qur'an atau Hadits. Mereka sendiri saling menghargai satu sama lain, tidak saling mencela dan tidak saling memusuhi. Bagaimana Imam Syafi'i memuji Imam Malik dengan menyamakan bagaikan bintang yang bersinar terang, sebaliknya Imam Malik memuji Imam Syafi'i dengan mengatakan beliau adalah orang Quraisy yang paling alim yang pernah dikenal. Imam Ahmad bin Hambal pun selalu memuji dan mendo'akan Imam Syafi'i selama 40 tahun, dan Imam Syafi'i pun memuji keilmuan Imam Ahmad bin Hambal. Itulah khilafiyyah yang indah, sebab mereka mengerti khilafiyyah bukan berarti permusuhan tapi perluasan pemahaman agama, sehingga umat menjadi mudah dalam menjalani ibadah sehari-hari.

3. Murid saleh vs guru salah
Peristiwa ini pernah terjadi masih di kalangan ulama salaf (generasi awal), antara Imam Abu Hasan Al Asy'ari dan gurunya Imam Abu Ali Al Jubba'i. Imam Abu Hasan Al Asy'ari belajar kepada Imam Abu Ali Al Jubba'i hingga berusia 40 tahun, dan tidak sedikit beliau mengarang kitab yang berisi paham Mu'tazilah. Meskipun beliau telah lama mempelajari aliran Mu'tazilah, namun pada akhirnya ia meninggalkan aliran tersebut bahkan menentang habis semua pemahamannya yang salah.
Ada banyak pendapat tentang masalah ini. Imam As Subki dan Ibnu Asakir mengatakan penyebab Imam Abu Hasan Al Asy'ari meninggalkan gurunya karena pada suatu malam beliau bermimpi bertemu Rasulullah Saw, dalam mimpinya itu Rasulullah Saw mengatakan kepadanya bahwa Madzhab ahli Hadits yang benar sedangkan madzhab Mu'tazilah salah.
Pendapat lain mengatakan bahwa penyebab beliau meninggalkan gurunya adalah, terjadi perdebatan yang cukup sengit antara beliau dengan gurunya, mengenai perbuatan Allah Swt yang saleh dan Ashlah. Di dalam masalah ini Imam Abu Hasan Al Asy'ari tidak sependapat dengan gurunya, dan beliau mengajukan beberapa pertanyaan, namun sang guru tak mampu menjawab pertanyaan beliau. Sejak saat itu beliau bertambah yakin bahwa paham Mu'tazilah itu sesat dan paham Ahlus Sunnah yang benar. Beliau langsung meninggalkan paham Mu'tazilah yang selama ini dipelajarinya dan beralih ke paham Ahlus Sunnah wal Jamaah. Bahkan beliau mengarang sekitar 90 kitab yang menentang paham-paham yang sesat antara lain paham Mu'tazilah tersebut.
Dari peristiwa ini kita dapat mengambil pelajaran agar jangan terlalu fanatik terhadap guru, sehingga menganggap mereka sebagai orang suci yang luput dari salah. Setiap manusia mungkin lupa dan mungkin salah. Ketika mereka lupa atau salah sikap kita adalah menegurnya bukan mengikutinya.

Demikian beberapa khilafiyyah yang pernah terjadi dalam sejarah pemikiran Islam, hendaknya kita bersifat objektif dalam melihat masalah khilafiyyah.

والله أعلم بالصواب